Semua orang hampir pasti dalam hidupnya pernah menghadapi individu yang egois. Kamu mungkin bertanya-tanya. Kenapa ya dia bisa sampai se-egois itu? Kita bisa menemui mereka di semua aspek kehidupan. Di pekerjaan, di hubungan percintaan atau bahkan, anggota keluarga sendiri. Kenapa seseorang bisa selingkuh? Kenapa seseorang bisa melakukan kekerasan? Kenapa dia bisa korupsi? Atau sesederhana, kenapa seseorang bisa menghardik pelayan restoran dengan kasar hanya karena si pelayan lupa membawakan sedotan? Memahaminya lebih jauh, bisa membantu kamu memproteksi dirimu sendiri.
Apa itu Individu Egois?
Dilansir dari psychcentral.com, sebuah website kredibel yang banyak menyajikan artikel mengenai psikologi. Mengutip dari American Psychological Association (APA), definisi dari ‘keegoisan’ adalah:
Tendensi untuk bertindak berlebihan dan semata-mata untuk keuntungan diri sendiri bahkan walaupun harus merugikan orang lain.
Beberapa pertanda bahwa seseorang itu egois adalah:
- Tidak peduli jika tindakan atau perilakunya akan merugikan orang lain
- Konsisten bertindak semata untuk keuntungan diri sendiri dan tidak mempertimbangkan orang lain
- Tidak berempati atas penderitaan orang lain
- Tidak menunjukkan penyesalan ketika sudah menyakiti orang lain
- Menggunakan taktik manipulasi untuk mendapatkan apa yang mereka mau
- Selalu meminta tapi tidak pernah mau membantu
- Selalu merasa berhak bahkan jika itu artinya harus mengorbankan orang lain
Bertemu dengan individu-individu egois ini memang melelahkan dan bahkan bisa membuat frustasi terkadang. Kamu mungkin kesulitan menemukan pola komunikasi yang baik karena kamu merasa sebaik apapun kamu mencoba, kamu berpotensi akan terus disakiti oleh individu tersebut baik itu secara sengaja maupun tidak sengaja.

Photo by Hermes Rivera on Unsplash
Bagaimana cara menghadapi mereka?
Jika kamu masih harus berinteraksi dengan inidividu egois ini dalam hidupmu, khususnya pasangan hidup dan keluagra, berikut ada beberapa tips untukmu:
Jangan tanggapi mereka secara personal
Memahami bahwa individu egois ini bertindak untuk kepentingan mereka sendiri, terlepas bagaimanapun kamu memperlakukan mereka. Keegoisan mereka bukan salahmu.
Tetapkan batasan yang jelas
Menetapkan batasan dan tegas dengan batasan tersebut akan membantu kamu tidak terpengaruh terlalu jauh karena perilaku egois mereka.
Misalnya, ketika seseorang memanipulasi kamu untuk meminjam uang dengan menggunakan namamu, dan tidak menunjukkan tanda-tanda ingin bertanggung jawab. Dalam skenario ini, mungkin kamu perlu mempertimbangkan untuk berkata tidak atau menegakkan aturan jelas terkait hal itu.
Dalam kasus tertentu, mempertimbangkan untuk memutus hubungan atau komunikasi dengan individu tersebut mungkin adalah keputusan yang bisa diambil.
Hanya kamu yang tahu apa yang terbaik buat dirimu. Beberapa orang memilih untuk memutus komunikasi dengan individu egois ini sederhana, karena mereka tidak punya cukup energi untuk terus terhubung dengan mereka.
Belajar menerima
Pahami bahwa terkadang ada individu yang bertindak seperti itu karena adanya sejarah atau sedang mengidap penyakit mental. Di mana akan sulit bagi kamu untuk mencoba membantu mereka.
Satu-satunya yang bisa kamu lakukan adalah mengendalikan perasaan dan perilaku mu sendiri. Tergantung kamu apakah masih ingin mencoba terhubung dengan individu tersebut atau bahkan memilih untuk menjauh dan tidak merespon.
Tapi, dalam kondisi tertentu, mungkin kamu merasa perlu untuk mengkonfrontasi mereka. Karena tidak semua orang bisa menerima perlakuan egois.
Pelajari penyebab sikap egois ini
Khususnya bagi kamu yang terhubung dengan seseorang yang memang memiliki penyakit mental, kamu mungkin perlu mempelajari sebab dan akibat timbulnya perilaku ini dan cara menghadapi mereka.
Mengetahui penyebab dan akar permasalahannya akan membuat kamu mampu berempati dan juga memahami bahwa perilaku mereka bukan salahmu.
Ketika kamu memahami kondisi mereka, mungkin kamu bisa lebih memilih tindakan, langkah dan pola komunikasi yang cocok antara kamu dan individu tersebut.
Penelitian tahun 2008 menunjukkan bahwa anak-anak dalam sebuah keluarga di mana ibunya berkontribusi secara finansial dan anak-anak diajak berkontribusi dalam melakukan tugas rumah (house chores), cenderung lebih kurang egois.

Photo by Zachary Kadolph on Unsplash
Apa yang menyebabkan sikap egois?
Kita semua pasti pernah bersikap egois terkadang. Tapi selagi kamu melakukannya tidak secara konsisten dan terus-menerus, mungkin tindakan egois yang kamu lakukan bisa digolongkan sebagai bentuk proteksi diri.
Sebagai contoh, kamu belum bisa merespon pesan pasanganmu karena kamu akan segera menghadiri rapat kantor. Dalam situasi ini, kamu mengutamakan kepentingan pekerjaan terlebih dahulu, walaupun resikonya pasanganmu akan marah dan mengunggah status galau di sosial medianya.
Tapi, kebanyakan orang akan memahami pilihanmu di atas. Karena, pekerjaan memang adalah hal penting.
Para ahli juga berpendapat bahwa kebanyakan orang yang egois ini akan masuk dalam dua spektrum, antara egois yang bersifat patologis dan altruisme yang ekstrem (altruisme:sikap atau tindakan yang mengutamakan kepentingan dan kebaikan orang lain di atas kepentingan diri sendiri, tanpa mengharapkan imbalan atau keuntungan pribadi).
Faktor Budaya
Penelitian telah menunjukkan bahwa budaya tempat kamu bertumbuh dan berkembang juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan keegoisan ini. Pada sebuah studi di tahun 2021, ada korelasi positif antara budaya nasional dan orang-orang yang percaya bahwa keegoisan adalah sumber dari ketidakadilan.
Di luar faktor kebudayaan nasional ini, kebiasaan di dalam keluarga juga mempengaruhi perilaku egois. Penelitian tahun 2008 menunjukkan bahwa anak-anak dalam sebuah keluarga di mana ibunya berkontribusi secara finansial dan anak-anak diajak berkontribusi dalam melakukan tugas rumah (house chores), cenderung lebih kurang egois.
Genetik dan Neurobiolgi
Dalam penelitian lainnya, juga mengarahkan pada kemungkinan bahwa perbedaan sel otak setiap manusia bisa mempengaruhi sikap egois (berlawanan dengan altruisme). Dua bagian otak yang termasuk mempengaruhi perilaku ini adalah amygdala dan korteks cingulate anterior.
Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian adalah salah satu kategori dari penyakit mental yang bisa mempengaruhi tindakan seseorang di jangka panjang. Gangguan kepribadian bisa mempengaruhi perspektif orang tersebut dalam memandang sesuatu, termasuk bagaimana mereka memandang dan bertindak terhadap diri mereka sendiri dan orang lain.
Seseorang dengan gangguan kepribadian anti sosial tidak memiliki kemampuan untuk berempati. Orang dengan gangguan anti sosial ini biasanya tidak menunjukkan penyesalan ketika sudah menyakiti orang lain. Sehingga mereka cenderung bisa menyakiti orang lain. Contohnya, pembunuh berantai biasanya memiliki gangguan kepribadian anti sosial ini.
Orang dengan gangguan kepribadian histrionik merasa perlu memusatkan perhatian pada diri mereka dan melebih-lebihkan reaksi atau respon emosional mereka.
Kesimpulannya, seseorang bertindak egois karena banyak faktor. Salah satunya adalah karena adanya gangguan kepribadian yang mempengaruhi pola tindakan mereka. Jika kamu merasa terpengaruh oleh tindakan egois seseorang, ketahuilah bahwa itu bukan salah kamu. Jangan sampai kamu yang menjadi ‘gila’ karena terhubung dengan seseorang yang mungkin memang pada dasarnya ‘sudah gila’.
Source: psychcentral.com
Produced and edited by NewTarot Indonesia.
Discussion about this post