Ada yang bilang hidup ini pada dasarnya hanyalah soal pertemuan dan perpisahan. Yang membedakan masing-masing kita adalah, kapan kita menghadapi masing-masing pertemuan dan perpisahan tersebut. Pertemuan dan perpisahan tidak hanya soal hubungan antar manusia tapi, juga dengan harta benda yang kita miliki.
Pada kisah di bawah ini. Kita akan melihat kehidupan dari sudut pandang seorang Ibu dengan tiga orang anak dengan jalan hidupnya. Hingga dia merasa sampai di tahap tidak lagi percaya diri seseorang akan dengan tulus menerimanya sebagai pasangan hidup.
Photo by Wolfgang Hasselmann on Unsplash
Sebuah Pertemuan dan Awal
Sewaktu menempuh pendidikan menengah pertama (SMP), Tiwi (nama samaran) yang sedang duduk di kelas 2 SMP, bertemu dengan Bagus (nama samaran) yang pada saat itu menjabat sebagai guru olahraga di tempat Tiwi bersekolah. Pertemuan mereka cukup menarik. Kala itu, Tiwi kehilangan ponselnya. Sadar ponselnya terjatuh di suatu tempat, hingga akhirnya Bagus lah pada saat itu yang menemukan dan mengembalikannya kepada Tiwi. Walau dalam keadaan rusak ketika dikembalikan, Tiwi merasa sangat berterima kasih kala itu kepada Bagus. Hingga kemudian, Tiwi menyadari Bagus sudah mencatat nomor ponsel Tiwi dengan sengaja dan menghubunginya untuk berkenalan.
“Bagus berpesan pada Tiwi, jika lulus SMA nanti, Bagus akan melamar Tiwi”
Dari pertemuan tersebut, dimulailah kisah asmara antara murid dan guru yang berlangsung dari 2008 hingga 2013. Kehadiran Bagus sabagai sosok pasangan, merupakan pelipur lara bagi Tiwi yang merasa sangat kehilangan setelah kehilangan sosok Ibunya. Pada pertengahan tahun 2010, pada saat Tiwi lulus sekolah (SMP), Bagus berpesan pada Tiwi, jika nanti Tiwi lulus SMA, Bagus akan melamar Tiwi. Pesan ini tentunya menggugah hati Tiwi. Sang guru, tidak segan menjanjikan sesuatu yang tidak semua orang bisa tepati. Namun, bukan berarti hubungan mereka tidak bermasalah. Mereka pernah mengalami hubungan yang menggantung, hingga perpisahan sementara di tahun 2013.
Periode tanpa komunikasi tersebut, diakui cukup berpengaruh bagi Tiwi. Namun, perasaan itu belum juga pudar. Tiba-tiba, Tiwi mendapati sebuah pesan melalui sosial media Facebook. Pesan tersebut dari Bagus. Dari pesan itulah, mereka akhirnya bertemu dan menyambung kembali jalinan kasih mereka. Hingga pada tanggal 20 Oktober 2013, Bagus akhirnya benar-benar melamar Tiwi. Pernikahan pun digelar. Tiwi tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya. Pria yang dia tunggu dan cintai, menepati janji dan benar-benar menjadi pasangan hidupnya.
Lika-liku kehidupan
Ternyata, menikah tidak serta merta menghentikan kesedihan yang Tiwi rasakan setelah kehilangan sosok Ibunya. Ekonomi mereka morat marit. Dalam beberapa tahun pertama berumah tangga, Tiwi harus kehilangan sosok Ayahnya. Tidak hanya Tiwi, Bagus pun juga harus merelakan kepergian Bapaknya. Dengan rentetan kehilangan yang dirasakan kedua belah pihak, mereka sempat benar-benar merasa pesimis dan kesulitan bertahan hidup.
Hingga akhirnya Bagus memutuskan untuk beralih profesi sebagai penyalur alat berat. Keputusan ini sepertinya mampu memberikan oase dalam kehidupan mereka yang gersang. Seketika, hidup Tiwi terasa begitu sempurna. Dengan penghasilan Bagus yang lebih dari cukup, Tiwi tidak perlu merasakan kesulitan finansial dalam kehidupannya sehari-hari. Kehidupan mereka berdua terasa begitu bahagia. Mobil, tinggal terpisah dari keluarga, harta benda merupakan sedikit dari banyak kebahagiaan yang mereka rasakan bersama. Kebahagiaan mereka pun semakin lengkap dengan kehadiran dua orang anak.
“Bagus meminta maaf dan menyesal. Dia berjanji tidak akan mengulanginya lagi kepada Tiwi”
Hingga suatu ketika, Tiwi dengan iseng memeriksa ponsel suaminya dan menemukan sebuah percakapan Bagus dengan seorang perempuan. Bagai petir di siang bolong, percakapan tersebut merupakan bukti perselingkuhan yang ia baca dengan mata dan kepalanya sendiri. Tiwi tak kuasa menyembunyikan kekecewaan dan kesedihannya. Dunia terasa runtuh. Tanpa pikir panjang. Tiwi mencoba mengkonfrontasi Bagus dengan bukti yang dia temukan. Bagus tidak berusaha menyangkal. Dia mengakuinya. Bagus meminta maaf dan merasa sangat menyesal kepada Tiwi. Dia berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Dilanda perasaan berkecamuk, Tiwi tidak lantas memberikan jawaban kepada Bagus. Keinginannya untuk bercerai dari Bagus juga besar akibat kepercayaannya dikhianati begitu saja. Oleh pria yang dia kira adalah sosok yang bisa dia percaya. Tempat dia mengadu, setelah kematian kedua orangtuanya. Tempat dia berlindung, bersama kedua anaknya.
Panjang pemikiran Tiwi untuk membuat keputusan terkait kejelasan hubungan mereka. Hubungan mereka sempat terombang-ambing. Hingga akhirnya, hati nurani tidak sanggup melihat Bagus terus memohon untuk kembali. Tiwi pun tidak mau anak-anaknya kehilangan figur Ayah. Tiwi kemudian memutuskan rujuk dan melanjutkan pernikahannya bersama Bagus.
Tiwi mengira, badai rumah tangga mereka akan berhenti sampai di sana saja. Tetapi, di tahun 2020, Tuhan kembali memberikan cobaan kepada mereka. COVID-19 melanda seluruh dunia. Dampaknya, dirasakan oleh semua pihak. Tidak terkecuali oleh suami Tiwi. Bagus kehilangan pekerjaannya sebagai penyalur alat berat, dan harus bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Satu per satu, harta benda mereka harus dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk mobil. Mereka pun harus kembali tinggal bersama orangtua Bagus, setelah kesulitan membayar kontrakan. Dalam situasi yang begitu sulit ini, Tiwi mencoba membantu suami dengan berinisiatif berjualan bakso. Usaha ini tidak banyak memberikan pemasukan bagi mereka tapi, cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Melihat kondisi ekonomi keluarganya, Bagus berusaha kembali melamar pekerjaan di proyek tempat dulu dia bekerja sebagai distributor alat berat. Tapi, usahanya nihil. Dia masih harus bekerja serabutan memenuhi kebutuhan keluarga.
Sebuah pertanda
Hingga pada bulan Oktober 2022, Bagus mulai menunjukkan penurunan kesehatan yang cukup drastis. Memang Bagus sudah menderita diabetes sejak tahun 2019. Namun, dampak nyatanya baru terasa dalam beberapa tahun kemudian. Pada 12 Desember 2022, Tiwi menyadari bahwa Bagus memiliki benjolan pada tangan dan kakinya seperti bisul. Sejak temuan tersebut, kondisi Bagus terus merosot. Dia terus sakit-sakitan hingga harus terbaring di tempat tidur. Ironisnya, Tiwi kala itu sedang hamil 7 bulan anak ketiga mereka. Dalam keadaan hamil, Tiwi terus berusaha yang terbaik untuk merawat Bagus. Tanpa adanya keluarga yang mampu membantu, dengan kedua anaknya yang juga butuh perhatian dan biaya, mental Tiwi terasa begitu diuji sebagai seorang Istri dan juga seorang Ibu bagi anak-anaknya. Dalam satu bulan Bagus dirawat di rumah sakit, semua uang simpanan mereka, termasuk untuk biaya persalinan pun perlahan habis. Hal ini akhirnya yang membuat Tiwi terpaksa harus membawa Bagus pulang ke rumah, untuk dirawat di rumah saja.
Waktu berlalu, datanglah hari persalinan Tiwi. Tanpa banyak bantuan, mengandalkan uang hanya 100ribu saja di sakunya, Tiwi pergi menemui bidan langganannya untuk memulai proses persalinannya. Sahabat terdekat bersedia membantu Tiwi untuk menjaga Bagus di rumah. Tiwi pun melahirkan anak ketiganya tanpa seorang pun dari pihak keluarga atau sahabat yang menemani seperti pada umumnya. Hanya ada dia, anaknya dan sang bidan. Hati Tiwi terasa begitu perih dan sedih tapi, semua ia lalui tanpa banyak mengeluh. Karena, ia tahu sang suami dan anak-anaknya membutuhkan dirinya.
Photo by Alessio Lin on Unsplash
“Ada terasa yang berbeda saja kali ini. Seperti dia akan pergi jauh”
Selang beberapa waktu setelah proses persalinannya, kesehatan Bagus terus merosot. Bagus terpaksa kembali diantar ke rumah sakit. Karena, dia sudah benar-benar lemah. Dengan kondisinya yang baru melahirkan dan sang bayi yang membutuhkan ASI, Tiwi tidak dapat menemani Bagus kali ini di rumah sakit. Mereka hanya dapat berinteraksi lewat ponsel, yaitu video call. Tiwi mulai merasa aneh. Dia merasa semakin sulit bertemu suaminya. Ada terasa yang berbeda kali ini. Seperti dia akan pergi jauh saja.
Pada hari itu Sabtu pagi, 11 Februari 2023, Tiwi seperti biasa video call dengan Bagus bersama anak-anak. Tiwi tidak lelah menyemangati suaminya untuk lekas sembuh. Selalu mengingatkan akan pentingnya kehadirannya di rumah. Namun, kondisi Bagus tidak terlihat membaik. Pada saat sesi video call tersebut, Bagus terlihat muntah dan mengalami penurunan kesadaran. Shock dengan apa yang dia saksikan, Tiwi begitu buncah, khawatir dengan kondisi Bagus. Ternyata benar, Bagus jatuh dalam kondisi koma setelah itu.
Perpisahan
Dalam keadaan koma, Tiwi merasa beruntung masih bisa menemui Bagus di rumah sakit. Dalam komanya, Tiwi berbisik pada Bagus untuk meminta maaf, belum mampu menjadi istri yang baik dan sering absen dalam merawat Bagus belakangan ini. Tanpa terasa, Tiwi bisa melihat Bagus meneteskan air mata. Seolah ia juga merasakan perasaan berkecamuk yang tidak dapat dijelaskan. Tiwi terus menemani Bagus. Satu per satu, sahabat datang menjenguk Bagus berkat diinformasikan oleh Tiwi. Mereka silih berganti mengucapkan keprihatinannya terhadap kondisi Bagus dan menyemangati Tiwi. Semua berharap Bagus akan segera pulih dan sembuh dan segera kembali kepada keluarga. Mereka percaya diri Bagus akan segera pulih.
Tapi, Tuhan berkendak lain. Pada tanggal 15 Februari 2023 pukul 04.00 wib dinihari, Bagus dinyatakan meninggal dunia. Tuhan memanggil Bagus. Meninggalkan seorang istri Tiwi, dan tiga orang anak. Tiwi merasa campur aduk. Di satu sisi, ia lega Bagus tidak lagi merasakan kesakitan tapi, dia juga merasa hancur sehancurnya ditinggalkan sosok suami tepat di usia 10 tahun pernikahan mereka. Setelah melalui berbagai asam manis kehidupan, sekarang dia harus merelakan sang suami dipanggil oleh Sang Pencipta.
Tanpa ada orangtua untuk berpulang, Tiwi terpaksa meneruskan tinggal bersama orangtua Bagus bersama anak-anaknya. Sambil mengurus anak-anaknya dan menata kembali kepercayaan dirinya, Tiwi masih belum menyerah dengan kehidupan. Hanya saja, dirinya sudah merasa babak belur menghadapi kehidupan. Akankah ada seseorang setidaknya mampu menghargai nilai dalam dirinya?
#tanyatarot bersama NewTarot Indonesia
Dengan serangkaian peristiwa hidup tidak mudah yang dia lalui, tanpa mendiskreditkan penderitaan yang lain, Tiwi bertanya soal peluangnya bertemu dengan pria baru. Di tengah kepercayaan dirinya yang sudah kacau, serta kondisi sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Kepala Keluarga bagi anak-anaknya, Tiwi merasa pesimis bisa bertemu dengan sosok yang tulus menerima dia dan keluarga. Sudah ada yang mendekati, kemudian tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa kabar. Adakah sosok potensial itu untuknya? Lalu, apa afirmasi terbaik bagi dirinya?
Sebuah Afirmasi
#TarotReaderMenjawab:
Saya akui, sebagai sesama wanita, Tiwi adalah wanita kuat melalui berbagai lika-liku kehidupannya. Tidak banyak yang bisa melaluinya dengan kepala tegak. Tanpa kehilangan harapan untuk terus berharap dan berusaha. Berpikiran positif adalah sisi positif dari Tiwi yang harus diapresiasi.
Mari kita jawab pertanyaan Tiwi terkait sosok potensialnya. Apakah ada sosok potensial baginya, setelah kehilangan sosok suami dan ayah bagi anak-anaknya?
Adakah sosok potensial bagi Tiwi?
Princess of Autumn (Three of Swords, King of Cups dan The Hierophant)
Sosok potensial itu ada, Tiwi. Yang tertarik padamu secara romantis, terlepas dari latar belakangmu, ada. Hanya saja, memang hubungan yang akan kamu jalani bersama pria ini tidak akan semulus yang kamu duga. Kamu baru bertemu dengan pria ini. Tidak mulus, karena dia sempat ragu untuk melanjutkan pendekatannya dengan kamu. Dia tahu kamu menginginkan komitmen dan tanggung jawab (the hierophant). Sejauh ini, aku belum melihat perkembangan yang signifikan dalam hubungan kamu dan pria ini. Katakanlah, pernikahan. Pernikahan belum terlihat di antara kalian berdua. Sarannya, kamu mungkin perlu lebih bersabar kali ini untuk menjalin hubungan. Ketahui dan terima bahwasanya sekarang kondisinya sudah berbeda. Kondisi sudah berbeda, bukan berarti kamu harus menilai rendah dirimu. Selain itu, membagi fokus dan energi memang sulit khususnya dalam situasi kamu. Yang perlu kamu ingat adalah, si dia yang benar-benar tertarik dan ingin bersamamu, selalu ada alasan untuk menerima kamu.
Apa saran terbaik bagi Tiwi?
Playfulness
Situasimu berat. Yang perlu kamu kontrol adalah, pikiran dan isi hatimu. Dengan memberikan afirmasi positif, kamu akan menarik energi yang positif juga pada dirimu, Tiwi. Fokuslah pada apa yang bisa kamu lakukan sekarang. Usahakan untuk tidak menjadikan serentetan peristiwa yang kamu alami sebagai sebuah trauma, melainkan perjalanan hidup. Hadapilah dengan sisa energi yang kamu miliki. Kamu perlu orang-orang yang memahami atau setidaknya mau mendengarkan tanpa memberikan justifikasi. Bangkitkan kembali jiwa mudamu. Jangan ambil pusing apa kata orang. Yang mengontrol hidupmu, adalah kamu. Jika kemudian mendengarkan musik genre tertentu bisa membangkitkan kembali semangat positifmu, lakukan hal itu.
Semoga pembukaan kartunya bermanfaat!
Salam hangat,
NewTarot Indonesia.
(Artikel di atas merupakan kisah nyata dan disadur tanpa merubah cerita aslinya. Penerbitan artikel sudah dengan persetujuan penanya. Rubrik #tanyatarot merupakan ruang konsultasi tarot gratis bersama NewTarot Indonesia. Kirimkan pertanyaan anda ke email : [email protected].)